Berhubung
suami saya ada dinas IPOC (Indonesia Palm Oil Conference) di Bandung, saya
diajak ikut serta menginap tapi jalan-jalan sendiri, tidak ikut acara
conference. Dengan alasan seperti itu maka kami menginap di hotel Anggrek yang
berada di Riau Junction yaitu sebuah Mall di Jl. RE Martadinata yang isinya
Toserba Yogya. Toserba ini meliputi supermarket, department store, foodcourt
dan beberapa tempat makan.
Tempatnya
strategis banget, deket ke tempat FO, dekat juga ke Jl. Merdeka, dekat ke Jl.
Ir. H. Djuanda Dago, semua bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik angkot
sekali. Jadi walaupun saya ngga ada temen, saya bisa luntang lantung sendiri
atau makan sendiri dengan nyaman. Nah ini dia beberapa review kuliner baru yang saya coba selama 3 hari di Bandung.
Menikmati Salmon steak dari Fatcow @ foodcourt
Toserba Yogya Riau Junction (***)
Kamis,
hari pertama, karena tidak ada teman, saya berniat mengexploitasi tempat makan
di Riau Junction. Saat makan siang saya naik ke lantai 2 menuju Kedai Kopi
Scooter. Tempatnya menjadi satu dengan department store Yogya sehingga area
makannya cukup sempit dan hanya menyediakan beberapa meja makan saja. Ternyata kedai
ini sudah ramai dan antri oleh pengunjung serta harus waiting list dulu. Wah
saya tidak mau dan bergegas menuju foodcourt di lantai 3.
Disini
tempatnya lebih nyaman, luas, tidak terlalu ramai dan makanannya itu loh lebih
bervariasi. Saya tertarik dengan counter Fatcow, dengan patung sapi besar, gendut
dan lucu didepannya. Ketika seorang anak kecil memencet tombol diperut patung
tsb, berbunyi “wilejeung sumping”. Aha saya langsung menuju counter dan memesan
steak salmon seharga Rp 49.900.
Ketika
pesanan datang, penampilannya cukup menarik yaitu sepotong salmon yang di grill
disiram saus creamy yang sudah ditumis dengan potongan kecil sayuran, disajikan
bersama tumis daun horenzo dengan taburan wijen serta 3 potong kentang rebus
yang dibumbui bawang putih. Rasanya oke, enak, salmon tidak amis, semua bumbunya
cocok dilidah dan terasa gurihnya, sehingga sajian ini saya habiskan sampai
tandas.
Sambil
makan saya memperhatikan keadaan sekitar, terlihat banyak counter makanan yang
mengundang selera seperti batagor abuy, mi naripan, lotek, krupuk sambal,
lontong kari, dan masih banyak lagi. Tempat ini memang cocok untuk wiskul dan
nongrong sendirian, lama-lama, kaya saya.
Nongkrong di Kedai Kopi Scooter Riau
Junction (*)
Karena
tadi siang gagal makan disini, saya masih penasaran karena kedai ini sejak pagi
sudah ramai oleh orang sarapan sampai makan siang. Ketika saya kembali pk. 5
sore, kedai relatif lebih sepi. Kedai kopi atau kopitiam ini menyajikan makanan
khas kopitiam seperti menu bakmi, dimsum, nasi goreng, nasi hainam, roti bakar
dan aneka minuman jus serta kopi tentunya. Sebuah lemari kaca berisi bebek dan
ayam yang digantung disertai tulisan “no pork” didepannya.
Saya
bertanya makanan apa yang paling recommended disini yaitu mie ayam dan nasi
hainam. Okelah kalau begitu saya pesan bakmi asin ayam jamur, dimsum kaki ayam
dan minuman milo dinosaurus. Sambil menunggu pesanan saya memperhatikan keadaan
sekitar.
Dapur
kopitiam ini bentuknya memanjang dan terbuka. Meja dan kursi untuk pengunjung disusun
didepannya, sehingga sambil menunggu, kita bisa melihat para koki meracik
pesanan kita. Dikiri kanan dinding dapur dipasang beberapa gambar scooter alias
motor vespa sesuai dengan tema kedai, bahkan ada sebuah vespa tua dipajang
didekat dinding luar.
Akhirnya
pesanan saya datang dan penampilannya cukup menggiurkan yaitu semangkok mie
yang diberi topping jamur merang berwarna coklat, ayam cincang berwarna
kecoklatan, sawi hijau dan potongan krupuk pangsit goreng, disajikan bersama
semangkok kuah polos. Bentuk mie nya tipis dan agak keriting. Ketika kumakan
rasanya biasa saja, standard, tidak istimewa, karena rasa mie nya kurang oke
dan bumbunya kurang nendang. Padahal saya pesan sesuai rekomendasi yang paling
banyak dipesan pengunjung.
Setelah
makan mie saya beralih ke dimsum kaki ayam, rasanya sih enak, standard lah.
Berisi 4 ceker ayam yang gemuk dan empuk, bumbunya juga cukup banyak dan
meresap. Semua sajian itu saya bilas dengan minuman milo dinosaurus yaitu
minuman es milo yang ditaburi lagi dengan bubuk milo diatasnya. Minuman ini terasa
manis dan lekker serta mengenyangkan.
Ada
kemungkinan saya salah pilih menu atau selera makan saya ketinggian. Buktinya
beberapa pengunjung disamping saya sampai membungkus makanan untuk dibawa
pulang, bukti bahwa kedai ini memang favorit urang Bandung.
Oleh-oleh Baso tahu & Siomay (kartun)
Shin Chan (***)
Jumat,
hari kedua saya janjian dengan temen saya Egha. Saya tanya sama dia, siomay
atau batagor apa yang enak menurut dia, karena selama ini saya selalu makan
batagor Kingsley. Saya mau bungkus untuk oleh-oleh ortu dan mertua. Kalau bungkus
untuk orang tua mesti yang empuk. Oleh karena itu Egha merekomendasikan baso
tahu Shin Chan di Jl. Cikawao, karena baso tahu kan hanya dikukus jadi empuk, kalau
batagor kan digoreng, jadi relatif lebih keras kalau buat ortu. Jadilah kami pergi
kesana.
Sampai
disana gerobak baso tahu & siomay Shin Chan ini terletak didepan sebuah
bengkel. Bahkan tersedia juga meja dan bangku panjang didalam ruangan bengkel.
Pengunjung yang antri sudah banyak, rata-rata mereka membungkus untuk dibawa
pulang karena tempatnya kurang nyaman. Tapi yang makan ditempatpun tidak kalah
banyak, enak sih buat sarapan atau brunch. “Kita makan dulu disini Teh, nanti
kalau cocok baru dibungkus” begitu saran Egha. Walaupun saya masih kenyang
karena baru sarapan dihotel, akhirnya saya makan juga siomay nya 2 biji.
Ternyata
siomay ini terbukti memang enak. Siomay nya tidak amis, padat, kenyal tapi
empuk, bumbunya kacangnya lekker, halus tapi masih ada kacang kasarnya,
pedasnya pun sedang, semakin enak bila dikucuri air jeruk limau dan kecap
manis, dimakan bersama krupuk bantat, wah sedap nian deh.
Akhirnya
saya bungkus untuk oleh-oleh dirumah saya, rumah ortu dan mertua masing-masing
10 biji, isinya campur. Baso tahu siomay Shin Chan ini lebih istimewa daripada
yang lain karena pilihannya beragam, yaitu selain siomay dan baso tahu, ada
juga telor, kentang, pare dan kol dan semuanya itu ditempelin siomay lagi jadi
rasanya lebih yahud, ngga polos begitu saja. Harganya pun murah. Kami makan
ditempat sebanyak 5 biji tambah krupuk, plus bungkus 36 biji, hanya membayar
sekitar Rp 104.000. Nah murah meriah tapi sedap dan ngga murahan rasanya. Ngomong-ngomong
baso tahu siomay ini logonya memang gambar kartun si anak nakal Shin Chan loh,
ngga tau apa hubungannya.
Kepedesan di Tokyo connection (**)
Selesai
bungkus siomay kami jalan-jalan ke Baltos alias Balubur Town Square. Kami
berdua sama-sama baru kesini. Ternyata disini mirip Thamcit (Thamrin City), banyak
baju muslim rancangan desainer lokal yang bagus dengan harga terjangkau, diatas
Thamcit sedikit. Area baju batik pun ada, tapi kami tidak kesana. Selesai
belanja lapar pun mendera. Kami segera keluar dari gedung dan mutar muter
mencari tempat makan. Pencarian kami berhenti di Jl. Progo yaitu jalan yang
paling banyak cafe nya, dan sepakat makan siang di Tokyo Connection yang
pastinya menyajikan Japanesse food.
Ruang
makannya terbagi menjadi 2 bagian yaitu diluar dan didalam. Yang diluar adalah
area terbuka untuk smoking area, suasananya jelas lebih terang. Kami memilih
duduk didalam. Ketika masuk, kami disergap suasana temaram. Ruangan ini cukup besar,
memanjang kebelakang, luas tanpa sekat. Langit-langitnya tinggi dan disebelah
kiri ada sebuah area makan lagi diatas. Dindingnya masih berupa susunan batu
bata dan ada sebagian dinding bagian atas yang sudah diplester dan dihiasi
beberapa gambar wanita Jepang. Didinding paling belakang ada sebuah cermin
besar dan sebuah lampu gantung antik terletak ditengah ruangan sejajar dengan
cermin. Suasana yang tercipta didalam ruangan ini adalah temaram, gothic, mirip
didalam gereja, unik banget.
Nah
sekarang kita lihat menunya. Tak salah lagi menu yang tersedia adalah Japanesse
food seperti ramen, udon, teriyaki, curry, tempura, donburi, sushi, dll. Tapi
yang lucu Egha malah merekomendasikan tahu gorengnya, jadilah kami pesan TC
special tofu. Karena menunya cukup banyak dan beragam, kami sepakat memilih
menu sushi yang diberi tanda. Dasar urang Bandung, Egha milih sushi yang
bertanda 3 cabe (spicy) yaitu Dynamite sushi. Saya memilih Spider roll yang
bertanda 1 jempol. Untuk minumannya saya pilih hot chocolate mint, Egha pilih hot
orange karena lagi batuk. Sambil menunggu pesanan kami sibuk selfie kesana
kemari.
Pertama,
minuman kami datang, hot chocolate mint disajikan dalam cangkir berhias latte
art gambar hati. Minuman jeruk panas pun disajikan dalam cangkir. Minuman hot
chocolate saya enak banget, kental, manis tanpa perlu tambahan gula, rasa
coklat dan mint nya dominan. Setelah itu datang tahu kami yaitu tahu kuning berbentuk
segitiga yang digoreng tepung lalu ditaburi potongan cabe rawit merah dan cincangan
bawang putih goreng, mirip bumbu lada garam. Gorengan tahu nya unik juga, bentuknya
agak melembung, luarnya garing, dalamnya tetep empuk, penampilannya mirip jadah/ketan
goreng, rasanya enak banget, gurih apalagi kalau dimakan bersama taburan cabe
rawitnya, sampe ngga bisa ngomong saking pedesnya. Ugh pantesan Egha doyan
banget.
Kemudian
datang sushi kami. Spider roll terdiri dari 5 potong sushi roll yang berisi
kepiting soka dan ketimun, diluarnya ditaburi tobiko, disajikan dipiring
berhiaskan mayones dan saus Jepang. Dynamite sushi adalah 8 potong sushi roll
yang berisi suwiran salmon matang dan ketimun lalu digoreng dan dihiasi dengan
mayones dan saus sambal. Ketika dimakan ternyata ada potongan cabe rawit merah
juga didalamnya, pantesan diberi nama dynamite. Jadi tema makan siang kami kali
ini adalah kepedesan, mana minumannya hot semua lagi. Ampun si Egha.
Dari
semua makanan ini yang paling juara adalah tahu nya, kalau sushinya sih biasa saja,
standard, tidak istimewa. Jadi kembali ke selera asal, hehehe. Spider roll
malah ukurannya terlalu besar, susah kalau dimakan sekali caplok mah.
Mengenai
harganya paling mahal adalah dynamite sushi Rp 35.000, spider roll Rp 30.000,
tahu Rp 20.000, hot chocolate Rp 20.000 dan jeruk anget Rp 14.000. Boleh juga tempat
ini menjadi rekomendasi, harganya terjangkau, tempatnya bagus, dan jenis
makanannya banyak, cocok buat ngobrol lama-lama.
Menyantap Medallion of beef with mozzarella
dari Giggle box (**)
Setelah
selesai makan siang saya kembali ke hotel untuk istirahat, karena nanti pk. 5
sore saya janjian sama Ira yang kantornya di Jl. Merdeka. Tempat paling
strategis buat kami berdua ketemuan ya di BIP, karena kami berdua sama-sama
jalan kaki menuju kesana.
Sampai
disana Ira mengajak makan malam di Giggle Box lantai 1, letaknya di mall bagian
belakang. Tempatnya lucu dan cantik, lantainya kaya papan catur, black &
white, area makannya ada 2 tingkat, dimana tangga dan pagarnya terbuat dari
kayu dan dihiasi lampu-lampu yang berjajar disepanjang pagar lantai 2, jadi
inget lampu-lampu dalam ciscus atau carousel. Dindingnya berwarna pastel dan
dihiasi foto-foto dalam bingkai, mirip suasana Jonas photo studio. Ya iyalah
wong 1 grup.
Ada
3 lembar menu yang diberikan waitres yaitu food menu, drink menu dan Tokyo
connection menu. Lah ini mah baru saya makan tadi siang, ternyata mereka berdua
1 grup juga toh, dan letaknya bersebelahan. Giggle box sendiri menyediakan menu
khas cafe yaitu makanan ala Eropa seperti steak, salad, pasta, burger, sup,
pancake, dll. Ada juga masakan Indonesianya seperti nasi goreng, sup buntut,
garang asem dan ayam goreng/bakar.
Ira
memesan salmon steak dari Tokyo connection. Hmm ngiler juga sih, tapi kemaren
baru makan salmon steak. Jadi saya memesan menu Giggle box, medallion of beef
with mozarella, yang termasuk favorit pengunjung. Untuk minumannya saya memesan
hot green tea latte dan Ira memesan exotic ice tea.
Karena
asik ngobrol, tak terasa pesanan kami tiba cukup cepat. Minuman saya hot green
tea latte penampilannya mirip banget dengan hot chocolate Tokyo connection,
bedanya cuma warnanya saja, yaitu disajikan dicangkir dengan latte art gambar
hati. Rasanya enak juga sih, kental, manis dengan rasa macha yang dominan.
Medallion
of beef with mozzarella disajikan disebuah piring klasik dengan pinggiran piring
bergelombang, isinya beef steak dengan topping melted mozarella, spaghetti
dengan garnis krupuk pangsit, tumis paprika 3 warna dengan taburan keju
parmesan, dan semangkuk saus berwarna coklat. Penampilannya cantik dan
menggiurkan. Bagaimana dengan rasanya ? Daging steak tidak terlalu tebal dan
besar, ketika diiris dan dikunyah rasanya relatif empuk. Spaghettinya walaupun
terlihat polos tapi ada rasanya. Ketika saus dituang keatas steak dan dimakan bersama
spaghetti rasanya menjadi melambung, enak karena sausnya gurih dan creamy,
sungguh perpaduan yang cocok. Saus tsb berfungsi sebagai pemersatu bangsa dan membuat sajian ini menjadi
nikmat.
Kemudian
Salmon steak disajikan diatas piring hitam, berisi salmon grill yang disiram saus,
kentang goreng, tumis sayuran wortel, buncis dan keputren serta salad khas
Jepang. Saya cicipi juga sajian ini, enak juga boleh direkomendasikan.
Untuk
harganya, salmon dihargai Rp 45.000, medallion beef Rp 70.000, green tea Rp
20.000 dan exotic tea Rp 11.000. Serupa dengan Tokyo connection, makan disini bisa
direkomendasikan karena harganya terjangkau, tempatnya bagus, dan jenis
makanannya banyak, serta cocok buat ngobrol lama-lama. Karena 1 grup, Giggle box dan Tokyo
connection selalu berdampingan, baik di BIP maupun di Jl. Progo.
Kekenyangan makan yamien di Miskam (***)
Hari
ketiga, konferensi sawit telah usah. Saya berdua suami tinggal berjalan-jalan
sebelum pulang ke Jakarta. Sebelum pulang suami mengajak makan siang mie baso
berdasarkan referensi temannya. Kami menuju Jl. Talaga Bodas no. 52 tepatnya ke
mie baso pangsit Miskam.
Tempatnya
sederhana dihalaman sebuah rumah. Gerobak dan tempat meraciknya ada didepan
rumah, sedangkan tempat duduk pengunjung ada di area garasi. Ketika kami
datang, pengunjung sudah banyak yang sedang makan walaupun tak sampai antri.
Kami duduk dan diberi daftar menu. Ada 4 jenis mie yaitu mie kuah, yamien asin,
yamien manis dan yamien sedang. Pilihannya bisa pake ayam saja @Rp. 14.000, kalau
tambah baso / pangsit kuah @Rp. 16.000 atau komplit @Rp. 18.000. Tersedia juga baso
goreng dan pangsit goreng @Rp. 2.000 saja.
Saya
memilih yamien manis baso karena menurut pengalaman yamien manis biasanya lebih
enak daripada yamien asin, lalu suami memilih yamien sedang komplit dalam arti
tidak begitu manis. Berhubung temen suami sangat merekomendasikan baso
gorengnya, maka kami memesan baso goreng 5 butir dan pangsit goreng 2 biji.
Untuk minumannya kami pesan jus strawberry dan jus jeruk.
Tak
begitu lama pesanan kami datang. Pesanan saya yamien manis, bentuk mie nya gepeng,
lurus, panjang dan halus, dengan bumbu kecap manis sehingga mie berwarna kecoklatan,
dengan taburan ayam cincang berwarna putih. Disajikan bersama kuah yang berisi
3 butir baso, kuahnya berwarna bening, sedikit berminyak, dengan taburan daun
bawang. Yamien rasanya manis banget tanpa jejak rasa gurih, bumbu kecapnya
sampai sedikit mengendap dibawah, tapi secara keseluruhan sajian ini terasa
enak dan lekker.
Yamien
sedang baso pangsit milik suami warnanya lebih coklat muda, disajikan bersama
kuah berisi 2 pangsit rebus dan 3 butir baso. Ketika saya cicipi rasanya
nanggung, manis ngga, asin juga ngga, lebih enak yamien manis milik saya, yang
jelas arahnya kemana. Saya jadi penasaran, “yamien asin kayanya lebih enak nih”,
ucap saya kepada suami. Eh dia malah memesankan seporsi yamien asin ayam untuk
saya, dan sisa yamien manis saya dia habiskan. Yamien asin ini juga enak,
rasanya gurih. Masalah enak mana yamien asin atau manis, itu mah tergantung
selera, yang pasti keduanya enak dan jangan memesan yamien sedang yang rasanya
nanggung.
Mengenai
baso goreng yang digadang-gadang teman suami, terbukti memang enak, sehingga kami
memesan 5 butir lagi untuk dimakan dan 30 butir lagi untuk dibawa pulang untuk
kami, ortu dan mertua masing-masing 10 butir. Basonya itu garing diluar, lembut
didalam, rasanya gurih, kenyal tapi empuk, enak untuk camilan. Bentuknya sih
tidak terlalu besar jadi tidak mengenyangkan biarpun makan banyak. Pangsit gorengnya
juga enak, tapi kami sudah jatuh hati kepada baso gorengnya.
Ketika
menulis review ini saya baru sadar ketika melihat bon makan. Ternyata ada 2
jenis minuman jeruk yaitu jus jeruk yang rasanya lebih manis dan harganya lebih
mahal yaitu Rp 7.000 dan ketika tambah minuman, tanpa sadar kami memesan es
jeruk yang rasanya lebih asem, lebih banyak es dan lebih murah yaitu Rp 6.000.
Pantesan saat itu saya bertanya-tanya kenapa es jeruknya jadi kurang enak
dibanding pesanan pertama. Sekarang saya jadi paham.