Labels
- Kuliner Jakarta (224)
- Dakwah (99)
- Kuliner Bandung (53)
- Kuliner Tangerang (53)
- Pengalaman (37)
- yukmakan (20)
- Artikel (17)
- Detik Food (17)
- Kuliner Jateng (15)
- Kuliner Bogor (14)
- Kuliner Jabar (13)
- FOTO-FOTO (11)
- Hotel (6)
- Resep (6)
- Kuliner Cirebon (5)
- Kuliner Jatim (4)
- Kuliner Kalimantan Selatan (4)
- Kuliner Lampung (4)
- Prakarya (4)
- Kuliner Bali (3)
- Kuliner Medan (3)
- Jualan (2)
- Kuliner Thailand (2)
- Kuliner Malaysia (1)
- Kuliner Singapore (1)
- Kuliner Sulawesi (1)
- Novel (1)
Wednesday, April 18, 2012
Sajian menggugah selera di Appetite Jl. Senopati (*)
Sunday, April 15, 2012
KULINER SURABAYA
Sate Ponorogo |
Soto ayam pak Sadi |
Pecel Ponorogo |
Pecel Ponorogo |
Pecel Ponorogo |
Seafood Layar |
Bebek Sinjay |
Seafood Layar |
Masterr Singapore ice cream |
Seafood Layar |
Ayam bakar Primarasa |
Masterr Singapore ice cream |
Pepes Bandeng Primarasa |
Sop Buntut Depot Indah |
Nasgor Jancuk |
Rawon Depot Indah |
Long weekend di Surabaya
Malam ini kami makan
sakenyang kenyangnya. Eh bukannya rakus, tapi sebagai antisipasi menghadapi
dinginnya AC di kereta api Agro Bromo Anggrek Malam menuju Surabaya Pasar Turi,
berangkat kamis malam pk 21.30, dalam rangka liburan long weekend Nyepi.
Benar aja, dinginnya AC menusuk
sampai ke tulang dan membuat tubuh membeku, padahal saya pakai celana panjang,
kaos lengan panjang, jaketan serta kaos kaki, ditambah selimut KA masih juga badan
ini menggigil, gigi gemeletuk. Yang paling ngga tahan adalah perut kami
mengeluarkan nada nada keroncongan. Tapi kami emoh makan nasi tengah malam
begini. Rencananya begitu sampai Surabaya pada pk 7.15 kami bakal langsung cari
sarapan soto.
Sarapan
Soto Ayam Ambengan “Pak Sadi Asli” Pusat (**)
Alhamdulillah kami tiba di
Surabaya sekitar pk 7.30. Kerumunan orang yang menawarkan transport menghadang
pintu keluar stasiun. Tapi kami tetap santai dan PD berjalan menuju arah
parkiran mobil, padahal memang kami tidak punya persiapan transport penjemputan.
Seorang supir taxi dengan gigih mengikuti kami, suami saya pun bertanya, “Pak
dimana sarapan soto yang enak dan ramai dan sudah buka sepagi ini ?” “Oh soto
ayam ambengan pak, sudah buka dan ramai” katanya. Akhirnya kami diantar taxi
tsb untuk sarapan soto, sebelum check in di Hotel.
Untunglah jarak yang kami tempuh
tidak jauh. Ternyata yang dimaksud dengan soto Ambengan adalah soto yang
terletak di jalan Ambengan. Wah baru tau saya. Nama sotonya sendiri adalah soto
ayam “Pak Sadi Asli”, jl Ambengan no 3A. Soto ini memang sudah buka banyak
cabang di Jakarta, tapi apa salahnya menikmatinya langsung dari “Pusat” nya.
Ternyata pak supir benar,
pengunjung yang datang sudah ramai walau tidak sampai antri. Tak sabar rasanya
menikmati sepiring nasi hangat dengan semangkuk soto panas. Soto yang berisi
potongan ayam dan bihun ini memiliki kuah berwarna kuning keruh dan bertabur
aneka bawang. Rasanya akan semakin segar bila ditambah perasan jeruk nipis, dan
semakin mak nyus bila ditambah koya dan sambal. Yang dimaksud dengan koya
adalah krupuk udang dan bawang putih goreng yang ditumbuk sampai menjadi bubuk
yang halus. Bila dicampur hasilnya kuah soto akan semakin kental dan gurih rasanya.
Sebenarnya pilihan isi
soto itu banyak yaitu bisa berisi daging ayam saja atau berisi kulit ayam, jeroan,
brutu, rongkong bahkan telor muda alias telor yang belum jadi, atau bisa juga
isinya komplit. Nasi juga bisa dicampur atau dipisah sesuai selera. Harga soto
jauh lebih murah daripada di Jakarta yaitu 2 soto ayam biasa nasi pisah + ½ soto
ayam biasa nasi campur harganya hanya Rp 43.000. Itu artinya semangkok nasi
soto kurang dari Rp 20.000 sedangkan kalau di Jakarta mana ada yang dibawah Rp
20.000. Yang pasti, sehabis makan soto, badan terasa segar dan hangat, semangat
kembali menuju Hotel. Yang mau makan kesini dan telpon dulu, nomornya adalah
031 5323 998.
Lunch
PECEL PONOROGO HJ. BOEYATIN, Jl. Ketabangkali no 51 (**)
Makan apa siang ini ? Saya
pun sms teman sekantor saya yang asli orang Surabaya. Dia menyarankan kami makan
siang enak di Jl. M. Duryat, tapi tidak merekomendasikan secara khusus rumah
makan tertentu. Kami manut saja sambil memanggil becak menuju kesana. Sampai
disana terdapat jejeran warung makan dengan aneka jenis masakan. Lalu ada juga
sebuah restoran bernama RM Ria. Tapi dari semua warung dan RM tsb tidak ada
kehebohan berarti alias sepi. Sedangkan kami ingin makan ditempat yang ramai,
bila perlu yang antriannya panjang. Akhirnya kami panggil becak lagi. Untunglah
tadi kami sudah keliling kota sebentar, jadi tau ada sebuah RM Pecel yang
tampaknya ramai yaitu Pecel Ponorogo Hj. Boeyatin, Jl Ketabangkali no 51.
Sesampainya disana, memang
benar tempat makan ini sudah ramai dipenuhi pengunjung. Tempat makannya berupa
ruangan terbuka yang memanjang dengan langit langit kayu. Ditengah ruangan ada
sebuah meja makan panjang dengan kursi kursi plastik disekelilingnya, begitupula
dengan meja panjang yang menempel di setiap dinding sehingga semua pengunjung
makan bersama dalam 1 meja.
Dipintu masuk terdapat sebuah
gerobak bertuliskan sate ayam ponorogo. Melihat si abang sedang membakar sate,
terbitlah air liur saya. Saya pun memesan seporsi sate ayam. Sedangkan suami
saya langsung menuju meja paling ujung dimana diatas meja tsb ditata aneka lauk
pauk yang dapat langsung kita pilih. Sepiring nasi pecel langsung dia pesan. Pecel
berisi toge, kacang panjang, ketimun, daun kemangi serta biji lamtoro atau pete
cina. Semua sayuran tsb ditaruh diatas nasi dan disiram sambal kacang, lalu
diberi rempeyek kacang, tempe goreng dan perkedel jagung. Dasar suami saya
penggemar telor, dia pun menambah telur asin dan telur ceplok, sehingga nasi
sudah tidak terlihat lagi wujudnya karena tertutup lauk pauk sementung.
Sedangkan saya hanya mengambil nasi dan rempeyek udang serta kacang untuk teman
makan sate ayam.
Selain pecel, lauk lain
yang tersedia dimeja adalah aneka sate telor puyuh, usus dan kerang yang
disajikan didalam baskom, kemudian empal, paru, ayam dan tahu tempe bacem. Ada
sebuah menu unik bernama otak telor yaitu semacam galantine yang ditengahnya
berisi telur puyuh, dimasak 2 macam yaitu digoreng dengan balutan telur dan
tanpa digoreng lagi. Disini tersedia juga sop buntut dan rawon yang terlihat
menggiurkan karena melihat pengunjung lain yang sedang asik menyantap hidangan
tsb.
Saatnya makan. Pertama, saya
cicipi dulu nasi pecel suami saya. Rasa bumbu kacangnya berbeda dengan pecel
madiun yaitu bumbu terasa kental, memiliki rasa yang khas, pedas dan agak asin.
Berbeda dengan pecel madiun yang memiliki aroma bawang putih dan kencur yang
dominan. Kemudian saya beralih kepada sate ayamnya. Daging sate ini tidak
dipotong dadu melainkan disayat memanjang, lalu ditusuk tanpa kulit, sehingga daging
terasa empuk, sedangkan sate dan bumbu kacangnya terasa manis. Bila dimakan
bersama rempeyek yang renyah tapi empuk serta gurih, tentunya akan menjadi
pelengkap yang sempurna.
Setelah selesai makan dan
hendak membayar kita harus kembali lagi ke meja lauk pauk tadi karena disana
fungsinya juga sebagai kasir. Tinggal menyebutkan lauk yang kita makan lalu
bayar deh. Makanan sementung tadi plus minuman hanya Rp 49.000 loh. Murah
meriah, kenyang dan mantap loh.
Makmal
di “Layar” Seafood & Ikan bakar, Jl Manyar Kertoarjo no 62 (***)
Untuk ide makan malam,
gantian suami saya minta rekomendasi temennya yang pernah tinggal di Surabaya.
Dia merekomendasikan 2 pilihan menu yaitu Bebek HT dan Seafood Layar. Jelas
kami memilih seafood, kalau makan bebek sih bisa besok siang saja. Kami
sebutkan alamat Layar seafood ke supir taxi yaitu jl. Manyar Kertoarjo no 62,
eh dia langsung tau. Dilala resto seafood ini yang paling poluler diseantero Surabaya.
Jalan Manyar kertoarjo ini
ramai banget, mirip dengan kawasan Kelapa gading Jakarta Utara. Disepanjang
jalan berjejer aneka restaurant yang lahan parkirnya dipenuhi mobil pengunjung.
Diantaranya ada 2 resto yang menarik hati kami yaitu Kepiting kenari dan Ayam
bakar Primarasa. Tapi tujuan kami tetap tak berubah, yaitu menuju Layar
seafood.
Sesampainya disana, gerombolan
mobil yang parkir sudah tumpah ruah menghalangi jalan. Ketika masukpun harus
mendaftar dulu saking antrinya. Alhamdulillah karena kami cuma berdua,
sedangkan yang lain adalah rombongan, maka kami langsung mendapat meja.
Keadaan disini sungguh
sibuk. Para pelayan hilir mudik tak ada yang berpangku tangan. Setelah
ditinggal sebentar akhirnya kami diberi buku menu. Kami menanyakan menu andalan
disini. Sudah pasti kepiting, khususnya kepiting telur asin, serta steam ikan
kerapu. Ah sudahlah daripada besok pincang akibat asam urat tinggi dan ngga
bisa jalan jalan, kami pun memesan ikan gurame asam manis dan kangkung asap.
Setelah selesai memesan,
pelayan tadi menempelkan kertas copy pesanan kami dimeja serta menaruh sebuah
nomor meja. Saya perhatikan nomor meja tsb, kok unik ya. Dibawahnya ada 4 macam
tombol dengan gambar yang berbeda, dimana keterangan gambar tsb dijelaskan
diatasnya. Pertama, tombol bergambar pelayan, maksudnya tekan tombol service (merah)
untuk memanggil waiter. Kedua, tombol bergambar orang membaca, maksudnya tekan
tombol menu (kuning) untuk mengorder. Ketiga, tombol bergambar $, maksudnya
tekan tombol bill (hijau) untuk membayar. Keempat, tombol bergambar X,
maksudnya tekan tombol cancel untuk membatalkan pelayanan. Nah meja disamping
saya tampaknya sedang menekan sebuah tombol, dan apa yang terjadi ? Oh rupanya
ada monitor yang tergantung ditengah tengah ruangan yang berisi aneka nomor
meja. Angka 47 menyala merah artinya meja disamping saya ingin memanggil
pelayan. Wah keren dan canggih ya, praktis lagi.
Sambil menunggu pesanan
datang, saya pun berjalan jalan mengamati aneka aquarium yang berisi live
seafood dan dapur pembakaran ikan yang letaknya didepan resto. Setelah puas
mengamati dan mengambil foto, saya pun kembali ke meja dan pesanan kami telah
siap diatas meja. Ikan gurame berdiri dengan gagahnya diatas piring, ikan terlihat
garing dan renyah dengan balutan tipis tepung. Saus asam manisnya terlihat
kental dan berwarna kehitaman, disajikan secara terpisah, tidak disiram keatas
ikan untuk menjaga agar ikan tetap garing. Ketika dimakan, ikan benar benar
kering diluar, lembut didalam, rasanya gurih dengan bumbu yang meresap, semakin
segar dengan saus asam manis yang berisi potongan nanas, bawang Bombay dan buah
longan. Hmm sungguh perpaduan yang unik dan pas sehingga menghasilkan citarasa
yang lezat.
Kemudian kangkung asap
adalah kangkung segar bumbu terasi yang disajikan diatas hotplate. Ini bukan
kangkung biasa, baru kali ini saya makan sayur kangkung yang batangnya gemuk,
daunnya banyak dan lebar lebar serta rasanya renyah. Sausnya pun banyak,
berkuah dan berminyak, rasanya lekker dan legit, sumpah enak banget. Kami
berdua memuji muji sajian ini dan berpikir, ikan guramenya saja lezat apalagi
kepiting telur asin dan steam ikan kerapunya. Wah kapan ya kami kesini lagi.
Selesai makan saya menekan
tombol $, nomor 57 pun menyala hijau dilayar monitor. Seorang pelayan langsung
menghampiri meja kami dengan membawa bill. Mata saya terbelalak melihat harga
ikan gurame. Bukannya mahal, tapi hanya Rp 39.000, kalau di Jakarta mana ada
harga ikan gurame dibawah Rp 50.000 bila makan direstaurant sekelas “Rasane”.
Kangkungnya Rp 25.000, sambal terasi Rp 4.000, es degan (kelapa muda) jeruk Rp
12.500 dan es jeruk murni Rp 17.000, sehingga total kami membayar Rp 114.950.
Ketika kami akan beranjak
meninggal meja, saya melihat seorang pelayan yang sedang membersihkan meja. Caranya
unik juga yaitu dengan menumpahkan seluruh sisa makanan ke atas meja. Loh ? Kami
pun tersadar bahwa semua meja makan yang telah diberi taplak meja berwarna
putih tsb kemudian dilapisi puluhan plastic bening sampai tebal. Jadi ketika
pelayan membersihkan meja, caranya tinggal menumpahkan seluruh sisa makanan ke
atas meja yang telah dilapisi plastic tsb, lalu dibungkus dan tinggal buang deh,
praktis banget ya. Hebat juga ide ide disini. Oh ya, yang mau berkunjung kesini
bisa telpon dulu ke nomor 031 5947 666.
Surabaya
hari kedua
Rencana kami hari ini
adalah menyewa mobil untuk keliling kota dan pergi ke Madura untuk makan siang di
Bebek Sinjay, karena setiap orang yang kami tanya bahkan supir taxi maupun
tukang becak, ketika kami tanya bebek mana yang paling enak, semua menjawab
sama yaitu bebek Sinjay. Tak diragukan lagi, kami harus mencobanya.
Sebagai persiapan, sehari
sebelumnya kami sudah membeli Koran Surabaya untuk mencari tempat penyewaan
mobil. Setelah telpon sana telpon sini, akhirnya kami menemukan Nansa rent a car,
dengan mobil new Xenia yang dikemudikan oleh pemiliknya sendiri yaitu Bp.
Santo. Apa kelebihan rent a car ini ? Selain mobilnya yang masih baru, harga
sewanya paling bersaing, bensinnya pun irit karena kami harus mengisi bensin
sendiri hingga full. Pak Santo yang baik dan ramah ini selain nyupir dia juga
guide yang baik. Asyiknya lagi dia helpful banget selalu siap fotoin kami
berdua. Akhirnya hasil foto kami berdua jadi banyak, padahal biasanya kalau
lagi jalan jalan berdua, pasti hasil fotonya jarang ada yang berduaan.
Ini saya kasih no telponnya
ya : 0817 0341 8789, 031 3456 7159, alamatnya Perum Puri Lidah Kulon Indah B 22
Surabaya (Wiyung).
Maksi
di Warung bebek Sinjay, jl. Raya Ketengan no 45, Burneh Bangkalan, Madura (***)
Jam 9 pagi kami telah siap
untuk berkeliling kota Surabaya. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah pelabuhan
Tanjung Perak, kemudian ketiga kantor PT Perkebunan Nusantara yaitu PT PN X, XI
dan XII, yang terakhir ke universitas Airlangga. Waktu telah menunjukkan pk
11.30 dan kami segera menuju jembatan Suramadu.
Warung bebek Sinjay ini
berada di jl. Raya Ketengan no 45 Burneh Bangkalan, dimana jaraknya tidak
terlalu jauh dari pintu keluar tol Suramadu, dan lama waktu tempuhnya tidak
sampai setengah jam. Sesampainya disana, wuih parkiran mobil terlihat penuh dan
semrawut, kami pun segera turun untuk mencari tempat.
RM ini memiliki ruang
makan terbuka yang sangat luas dan memanjang beratapkan asbes. Puluhan meja
kayu dan kursi plastic hampir semuanya telah ditempati oleh pengunjung, luar
biasa. Kamipun celingak celinguk kebingungan dengan cara memesannya. Setelah
mencegat seorang pelayan yang super sibuk dan bertanya, ternyata caranya adalah
kami harus memesan dan membayar dulu dibagian nota pemesanan. Ketika kami
kesana, terdapat tulisan “bebek habis, tinggal jeroan protolan”, haduh betapa
kecewanya kami, sudah jauh jauh kesini, lapar dan panas luar biasa, habis pula,
pantas pengunjung yang antri disini tidak begitu panjang.
Kami pun batal memesan. Karena
perjalanan jauh, saya mau ke toilet dulu, sementara suami saya masih menunggu
disitu. Setelah kembali dari toilet, saya kaget, ternyata suami saya sudah
antri lagi di bagian nota pemesanan karena bebeknya sudah datang lagi,
Alhamdulillah. Kami memesan 2 nasi bebek dan 6 nasi bebek yang dibungkus untuk
oleh oleh saudara suami saya yang tinggal di Rungkut. Setelah membayar, suami
saya menunggu pesanan dimeja, sedangkan saya harus antri lagi dibagian pengambilan
nasi bebek yang dibungkus.
Nah ini dia nasi bebek
Sinjay yang legendaris itu yaitu sepiring nasi putih yang diatasnya diberi
sepotong bebek goreng dengan bumbu kremesan, disajikan bersama sambal pencit
serta sepotong ketimun dan daun kemangi. Secuil daging bebek yang masih panas
ini saya suap bersama nasi hangat, rasanya begitu nikmat, lezat dan gurih,
karena bumbunya benar benar meresap kedalam daging bebek yang garing diluarnya
tapi empuk didalamnya. Bumbu kremesannya yang gurih dan asin akan semakin
nikmat bila dicampur bersama nasi. Pelengkapnya adalah sambal pencit yang
rasanya asam segar dan super pedas karena berisi serutan mangga muda dan cabe
rawit merah. Rasa bebek dan sambal yang kontras itulah menjadi perpaduan sempurna
dimulut sehingga rasanya ingin lagi dan lagi. Sajian ini mengingatkan saya akan
masakan ayam goreng di rumah makan padang, tapi bedanya ayam goreng padang
rasanya enak, tapi bebek sinay rasanya enak banget.
Sayangnya cuaca hari itu sangat
terik sehingga kami yang berada dibawah atap asbes terasa berada didalam oven
yang membara. Segera kami habiskan
makanan dan meninggalkan meja. Ketika hendak beranjak, saya tak sengaja mendengar
percakapan seorang ibu dengan rombongannya, “Saya kesini gara gara ngiler
banget liat di TV, rombongan keluarga Ashanti dan Anang makan bebek Sinjay. Saya
bela belain kesini sampai nyasar nyasar, akhirnya kesampean juga makan kesini”.
Aduh bu, segitunya, batinku sambil tersenyum sendiri.
Kekenyangan
makan Masterr Singapore Ice cream - Mall Ciputra World, jl Mayjend Sungkono no
89 (**)
Pulang dari Madura kami
langsung menuju rumah saudara suami saya di Rungkut. Selesai silahturahmi kami
hendak pulang tetapi melewati sebuah mall baru yaitu Ciputra World di jl
Mayjend Sungkono no 89. Kami jadi penasaran pengen mampir, kaya apa sih mall di
Surabaya. Ternyata mall nya bagus dan megah, mirip Gandaria City. Kami muter
muter sebentar, tapi malah ketemu sebuah kedai es krim yang dijajakan disebuah gerobak
sepeda, namanya Masterr Singapore Ice Cream, the art of Singapore ice cream.
Apa sih keistimewaannya ?
Yaitu aneka rasa es krim
yang disajikan didalam roti tawar atau wafer. Wah ini sih kedoyanan suami saya
yang langsung teringat jajanan masa sekolahnya dulu yaitu es puter pake roti
tawar. Langsung saja dia pesan es krim rasa oreo yang dibungkus selembar roti
tawar. Saya juga pesan loh yang rasa coklat.
Aslinya es krim tsb
berbentuk kotak panjang seperti balok, apabila ada pembeli tinggal dipotong dan
diselipkan kedalam selembar roti tawar yang warnanya belang, merah dan hijau. Alangkah
nikmatnya es krim ini, ketika digigit es krim masih keras membeku, secara
perlahan lumer dimulut, rasa manisnya berpadu dengan rasa roti yang lembut, hmm
enak tapi kenyang banget.
Es krim ini tersedia dalam
rasa coconut, vanilla, capucino, rum raisin, chocolate, corn, oreo, durian, ketan
hitam, pistachio, mango, taro, strawberry, dll. Ketika hendak membayar saya
bertanya berapa harganya dan dijawab Rp 35.000. Saya memberi Rp 70.000 tapi
pelayannya malah bingung dan bertanya “kok banyak amat bu ?” Rupanya Rp 35.000
itu untuk 2 porsi ice cream. Wah murah ya, sebab kalau di Jakarta mana ada harga
es krim segitu didalam mall.
Masih
berlanjut ke Ayam bakar Primarasa – jl. Manyar Kertoarjo no 78 (*)
Malamnya suami saya masih
mau makan lagi. Padahal saya masih kekenyangan akibat makan es krim roti. Suami
saya penasaran pengen makan ayam bakar Primarasa gara gara direkomendasikan
oleh keluarga tantenya yang kami kunjungi tadi sore. Akhirnya kami balik lagi
ke jl Manyar Kertoarjo seperti kemarin malam.
Pengunjung disini cukup
ramai tapi tidak sampai antri. Kami membaca menu yang terdiri dari berbagai
jenis masakan ayam, ikan, udang, cumi, aneka cah sayur, sambal, mi dan nasi
goreng. Menu unggulan disini tentulah ayam bakar, tapi pelayan juga
merekomendasikan menu pepes bandeng. Akhirnya suami saya memesan kedua menu
tsb.
Walaupun perut kenyang saya
tetep harus mencicipi. Ayam bakarnya memakai bumbu kecap yang sudah meresap
betul kedalam daging, jadi ketika dimakan ayam terasa manis manis gurih dan
empuk banget. Penampilan ayam tampak bersih dan tidak gosong. Kemudian
penampilan pepes bandengnya yahud banget yaitu ikan bandeng yang telah dibagi 2
dan dilebarkan itu dilumuri bumbu yang mengandung cabe merah yang banyak, sehingga
bijinya bertaburan dimana mana. Ketika dimakan daging bandeng terasa wangi
rempah dan kemangi serta pedas menggigit tentunya.
Mengenai harga sajian
disini agak unik. Maksudnya didalam list menu ditulis harga before discount dan
after discount, entah kapan discount tsb berakhir. Apabila melihat billnya sih
harga sepotong ayam Rp 11.250, bandeng Rp 53.750 dan es dawet Rp 9.375 setelah
dijumlahkan baru dikurangi lagi discount 20%. Siapa yang berminat DO bisa
telpon dulu ke 031 594 5578 / 596 1526.
Surabaya
hari ketiga
Hari ini sudah waktunya
kami pulang ke Jakarta. Supaya tidak terlalu cape kami memilih pulang dengan pesawat
pada pk 14.30. Sebelum pulang tentunya wajib membeli oleh oleh untuk keluarga
dan teman sekantor. Jalan Genteng besar adalah pusat oleh oleh khas Surabaya.
Begitu banyak toko oleh oleh disini, tapi akhirnya kami memilih toko Bhek
karena harganya lebih bersaing daripada toko lain. Akhirnya kesampaian juga
saya membeli krupuk keju yang saya idam idamkan.
Maksi
hemat di Depot Indah jl Gunungsari pompa air (*)
Puas membeli oleh oleh
kami langsung menuju Bandar udara Juanda, tapi ingin makan siang dulu. Pak
Santos merekomendasikan sebuah rumah makan kecil yang katanya enak dan ramai di
jl Gunungsari pompa air. Sesampainya disana tempat itu berupa warung makan yang
terletak disamping sebuah rumah dengan nama Depot Indah. Ketika kami datang sih
tidak ada pengunjung yang makan alias sepi, tapi karena kami mengejar waktu
akhirnya kami tetapkan juga makan disitu.
Sajian khas disini adalah
krengsengan ikan, sop buntut dan rawon. Menu pelengkap lainnya tersaji disebuah
rak kaca, tinggal kita pilih sesuai selera. Saya memilih menu sop buntut dan
suami memilih rawon. Menu boleh sama disetiap daerah tapi cara penyajiannya
bisa berbeda. Nasi rawon disajikan terpisah yaitu nasi putih diberi tauge,
sambal dan daging rawon yang berbentuk lebar tipis. Sedangkan kuah rawon berwarna
coklat keruh, bukan hitam pekat, berminyak dan ditaburi bawang putih goreng.
Kuah rawon terasa gurih dan nikmat serta daging terasa empuk. Sop buntutnya
lebih mantap lagi, berisi 4 potong buntut yang dagingnya banyak dan besar besar
serta empuk. Kuahnya bening tak berminyak, ditaburi bawang putih goreng juga serta
irisan wortel. Rasanya segar dan tidak terlalu asin. Lebih asyik lagi harganya,
sajian daging begitu banyak tidak sampai 50ribu rupiah. Mana ada yang begitu di
Jakarta.
Nasi
Goreng Jancuk di Surabaya Plaza Hotel (**)
Ada satu hal lagi yang terlewat
belum saya ceritakan. Kami kan menginap di Surabaya Plaza Hotel, letaknya
strategis yaitu ditengah kota Surabaya. Hotel ini merupakan hotel bintang 4 dan
merupakan hotel pertama yang menerapkan no smoking hotel, dimana bila ada yang
melanggar akan dikenakan denda sejumlah Rp 1.000.000.
Jalan menuju kamar kami,
dari lobi harus naik lift dulu yang letaknya ditengah tengah hotel yaitu antara
lobi dengan restaurant. Dinding lift terbuat dari kaca sehingga setiap naik
turun lift kami pasti membaca sebuah spanduk besar yang tergantung diruang
restaurant yang berbunyi “Anda belum sampai di Surabaya jika belum mencoba nasi
goreng jancuk”. Pertama membaca kami mengabaikan tulisan spanduk tsb. Lama lama
kami merasa heran, kenapa banyak anak muda yang makan di restaurant ini ya,
pagi siang sore, sehingga resto selalu terlihat ramai. Wah anak anak muda di
Surabaya ini kaya kaya ya, mampu makan dihotel berbintang, pikir kami. Kemudian
ketika kami mengunjungi rumah saudara suami saya, kami pun ditanya hotel mana
tempat kami menginap. Ketika diberi tau bahwa kami menginap di Surabaya plaza
hotel, sepupu suami saya itu langsung bertanya “sudah makan nasi goreng jancuknya
belum ?” “Belum” jawab kami, “Memang enak ya ? Terus keistimewaannya apa sih ?”
Tanya kami lagi. Sepupu kami tersenyum sambil menerangkan “ketika nasi goreng tsb
sampai dimulut, pasti langsung memaki, jancuk pedesnya. Lalu ketika nasi goreng
sudah habis dan melihat tagihannya langsung memaki lagi, jancuk mahalnya. Nah
dari situlah asal muasal nama nasi goreng jancuk. Tapi biarpun mahal tetap
sebanding dengan porsinya yang banyak banget, bisa dimakan ber 8 orang loh”
terang sepupu kami.
Mendengar kata pedas, mata
suami saya langsung berbinar binar. “Besok kita bungkus yuk untuk dibawa pulang
ke Jakarta” katanya. Sebab kalau makan direstaurant pasti tidak mungkin sebab
kami hanya berdua, takut tidak habis dan mubajir.
Semenjak mendapat
keterangan tsb kami jadi lebih memperhatikan pengunjung yang sedang makan
direstaurant tsb. Oh pantas saja banyak anak muda yang makan disini, wong
mereka datang beramai ramai sekitar 10 orang hanya memesan paket 1 porsi nasi
goreng jancuk sudah termasuk 2 pitcher es teh plus 1 porsi mi goreng gemblung. Bila
membayarnya patungan, jatuhnya bisa hemat banget. Pantas restaurant ini menjadi
ramai dan terkenal.
Akhirnya sebelum check out
kami memesan sebungkus nasi goreng jancuk. Rasa hangat dari bungkusan nasgor
terbawa sampai ke Jakarta karena nasi dibungkus oleh aluminium foil. Ketika
dibuka, setengah bungkus nasgor tsb sudah memenuhi 1 mangkok nasi kami. Benar
saja pedasnya luar biasa. Biji cabe bertamburan disetiap sendok nasi yang saya
makan. Tapi nasi tidak berwarna merah melainkan kecoklatan dengan potongan ayam
dan udang serta telur dadar iris. Rasanya yang gurih dan wangi mentega semakin
nikmat bila dimakan bersama krupuk udang. Saking banyaknya nasgor tsb, setengah
porsi saja kami makan berempat. Lalu besok pagi saya bawakan kembali nasgor tsb
untuk bekal kantor suami saya. Masih ada sisa juga, saya bungkus dan bawa
kerumah ibu saya untuk dinikmati bersama.
Subscribe to:
Posts (Atom)