Mendengar cerita mengenai keindahan pulau Bangka Belitung sungguh memikat hati ingin segera kesana. Tapi kesempatan belum berpihak kepada saya. Walaupun begitu kesempatan mencicipi kuliner khas Bangka terbentang didepan mata. Kini telah hadir resto Kampoeng Bangka, Seafood dan makanan khas Bangka di Jl. Panglima Polim Raya no 102, Jakarta Selatan.
Resto ini terletak dipinggir jalan Raya Panglima Polim yang sungguh ramai (macet tentunya) dan strategis. Resto ini terdiri dari 3 lantai dimana bagian depan bangunan dihiasi dengan jendela jendela kayu model jaman dulu berwarna hijau tua, yang dibingkai kusen berwarna cokelat serta tembok bangunan yang berwarna putih. Sungguh perpaduan yang kontras dan menarik. Bilboardnya saja menyuguhkan gambar aneka masakan dan sambal yang kelihatanya mengundang selera.
Memasuki ruangan resto ini, kami disambut dengan ramah. Waitress menerangkan bahwa makanan disini langsung dihidang dimeja seperti gaya rumah makan Padang. Tapi bisa juga memesan menu lain yang tersedia di daftar menu. Daftar menu yang diberikan rupanya adalah brosur menu yang bisa dibawa pulang. Kalau melihat isi dan gambarnya, sungguh menggiurkan. Banyak sekali jenis masakan yang tersedia disini, yaitu aneka seafood seperti ikan, udang, cumi, kepiting serta kerang, bisa pilih dimasak seperti apa, yaitu digoreng kering, digoreng tepung, dibakar atau direbus, dengan bumbu asam manis, saos tiram, saos mentega, lada hitam, dll. Juga tersedia aneka masakan ayam, daging sapi, mie & kwetiau, nasi goreng, sayuran, sup, sate, serta sambal. Terakhir ada aneka camilan, dessert dan minuman.
Hmm saya tertarik dengan ayam goreng Bangka. Eh ternyata belum tersedia. Lalu beralih ke menu ikan, eh ternyata hanya ada ekor tenggiri bakar. Akhirnya kami pasrah dengan menu yang dihidang dimeja. Mungkin karena resto ini memang benar benar baru berdiri, yaitu akhir bulan July lalu, maka banyak menu yang belum lengkap tersedia.
Hidangan dimeja hampir semua berbentuk gulai yaitu sayur, ikan, udang dan kikil. Dihidangkan pula sup iga, ekor tenggiri bakar serta daun singkong kering. Oleh karena itu saya pun memesan ayam goreng daun pandan yang penampilannya sama dengan ayam pandan Thailand.
Sup iga itu rupanya bernama lempah iga daun kedondong. Rasanya segar karena bercita rasa asam seperti kuah pindang, ditambah daging yang empuk menambah nafsu makan kami. Lalu kikilnya rupanya adalah kikil tauco, yang rasanya berupa perpaduan rasa gurih manis, pedas dan asam. Kikil sudah dipotong kotak kotak kecil dan dimasak bersama potongan pete. Ekor tenggiri nya lumayan besar, dibakar dengan bumbu minimalis, dan dagingnya sudah terbelah 2 sehingga mudah diambil. Daging ikan terasa fresh dan semakin nikmat bila dimakan bersama pendampingnya si sambal cabe merah. Terakhir ayam goreng pandan pesanan ku, yang berisi 4 bungkus pandan. Rasa dari potongan daging ayam yang sudah diungkep lalu digoreng itu, bumbunya sama sekali tidak ada yang menyolok. Oh rupanya harus disiram saus pendampingnya yang berwarna coklat kental, sehingga sekarang rasanya menjadi manis. Ah sepertinya kurang cocok dengan selera saya. Terakhir, dessert pembilas rasa pedas yaitu es campur Bangka yang isinya tidak terlalu istimewa, sama seperti es campur lainnya.
Semua sajian ini dibayar dengan harga diatas standard, itupun setelah opening discount 30% for food only. Ketika saya teliti, harga yang tercantum didalam bill lebih mahal daripada harga didalam brosur, yaitu ekor tenggiri Rp 95.000 padahal di brosur hanya Rp 75.000, lempah iga Rp 45.500 sedangkan di brosur Rp 35.000, kikil Rp 20.500 di brosur Rp 20.000, harga ayam pandan sama yakni Rp 29.900, es campur Rp 19.900 sedangkan dibrosur Rp 14.500, harga sambal sama yaitu Rp 7.500, nasi Rp 5.500 sedangkan dibrosur Rp 4.000, plus tax & service total kami membayar Rp 192.284. Hmm kalau begitu brosurnya salah cetak dong karena ngga mungkin brosurnya memakai harga lama, wong restonya pun baru buka. Yah sudahlah. Yang mau mencoba kesini, bisa telpon dulu di 021 739 2344.