Rumah Air
1. Taman Santap Rumah Kayu, Jl. Ki Hajar Dewantara SKL 002 Summarecon Gading Serpong, dekat sekolah Pahoa. Telpon 021 5421 2010 – 15.
2. Rumah Air, Jl. Raya Boulevard CBD, Bogor Nirwana Residence, no. STA 000-0240, Bogor Selatan. Telpon 0251 8200 666.
3. Saung Serpong (021 5389 9022 / 23) & Garry’s Kopitiam (021 538 9025 / 26), Jl. Pahlawan Seribu Kav. 3A No. 5-5A, Serpong, Tangerang Selatan.
4. Bukit Palayangan, Jl. Cilenggang I no. 53A, BSD, Tangerang Selatan. Telpon 021 5382 626.
EATING – FISHING – PLAYING di RUMAH AIR, BOGOR NIRWANA RESIDENCE (*)
Awalnya kami menuju daerah Cibubur untuk mencari tempat kuliner baru, tapi berhubung jalanan di Cibubur selalu macet, kami jadi malas meneruskan perjalanan. Akhirnya kamipun berbelok dan masuk kembali ke jalan tol dan langsung menuju arah Bogor. Untunglah saya segera teringat cerita teman sekantor saya yang merekomendasikan resto Rumah Air yang terletak di kawasan Bogor Nirwana Residence.
Sesampainya disana, wah ternyata resto ini luas sekali ya. Tempatnya berupa saung-saung bambu dan kayu khas pedesaan, yang terletak diatas danau yang penuh dengan ikan. Sayangnya seluruh saung telah penuh oleh pengunjung, dan kami pun diantar ke ruang restoran yang masih kosong. Kami memilih duduk di area luar, yaitu diteras restaurant yang menghadap ke arah danau. Di area dekat tempat duduk kami, terdapat sebuah organ tunggal dengan soundsystem yang menggelegar guna mengiringi penyanyi sehingga mampu menghibur pengunjung di tempat yang luas tsb.
Buku menu telah disodorkan, seperti biasa menu yang tersedia adalah aneka masakan Indonesia & seafood. Kami sepakat memesan sop ikan nila kelapa muda bakar sebagai menu unggulan di resto ini serta menu pelengkap lainnya seperti ayam goreng, karedok, pepes jamur serta tahu tempe goreng. Untuk minumannya kami tertarik dengan es salju rumah air & es teler.
Sambil menunggu pesanan, kami hendak mengobrol tapi mustahil terdengar karena terkalahkan oleh suara sound system, lagi pula baru sebentar saja kuping kami sudah mulai berdenging. Akhirnya suami saya langsung berinisiatif mencari tempat lain yang agak jauh dan “Alhamdulillah Ya” mendapat tempat di sebuah saung kecil didekat pintu utama.
Nah sekarang baru nikmat. Suasana gubuk sungguh asri dan romantis, semilir angin bertiup sambil menghantarkan melodi yang indah dari sang biduan. Pemandangan alam bagaikan lukisan. Dari jauh tampak siluet gunung salak menghiasi kaki langit nan biru.
Tak sampai 5 menit, pesanan kami pun datang. Wow cepat sekali, padahal pengunjung begitu banyak. Perhatian kami langsung tertumpah pada sop ikan nila kelapa muda bakar, yaitu sebuah kelapa muda yang sudah bersih kulitnya, ketika dibuka tutupnya, tampaklah sop ikan dengan kuah bening. Daun kemangi dan potongan cabe rawit hijau tampak mengambang dipermukaan kuah sop. Segera kami menyiduk potongan potongan ikan nila yang berwarna putih itu. Ketika dimakan, hmm segar rasanya, karena kuah terasa asam dan sedikit pedas. Ikanpun terasa lembut dan tidak amis. Sayangnya kuah sop agak kurang panas, sehingga sedikit mengurangi kenikmatan. Sedangkan rasa makanan lainnya tidak mengecewakan. “Because of you, my life has changed, thank you for the love
and the joy you bring, because of you...” Sesekali suami bersenandung kecil, menikmati tembang tembang kenangan favorit dia. Hari yang indah, siang yang sempurna. Oh ya saya suka sekali sama minuman es salju rumah airnya, yaitu minuman air susu putih, mirip milkshake, tapi diberi kerokan daging kelapa muda. Rasanya manis dan segar. Para penggemar minuman susu pasti suka.
Selesai menikmati makan siang, masih ada sisa nasi yang kami lempar lempar ke dalam danau. Ikan koi yang gemuk gemuk saling berebut. Lantai saung yang menghadap danau tidak diberi pagar pembatas, bahkan diberi sedikit teras sehingga kami bisa duduk duduk sambil kakinya menjulur kedalam danau. Hati hati buat yang membawa anak kecil, kalau ngga mau diam bisa nyemplung ke dalam danau.
Setelah puas memandangi ikan dan foto foto kami minta billnya. Harga disini standard saja, yang termahal tentu sop ikannya yaitu Rp 54.500, disusul dengan es salju Rp 26.500 dan es teler Rp 20.500. Sedangkan harga lauk lainnya dibawah Rp 20.000.
Setelah beranjak dari saung, kami mulai mengitari tempat ini. Disini disediakan fasilitas musholla & toilet yang cukup bersih dan nyaman. Bangunan keduanya terbuat dari bambu dan kayu. Selesai sholat kami mulai mengitari fasilitas taman rekreasi. Sebuah papan pengumuman menginformasikan semua jenis permainan yang tersedia, yaitu ATV, motor mini, otoped, bumper boat, bola air, becak mini, funny boat, istana balon, dan remote control area. Tapi jangan salah, semua ini tidaklah gratis. Harga permainan paling murah adalah Rp 20.000 untuk waktu 10 menit saja, yang paling mahal adalah Rp 50.000 untuk remote control area selama 1 jam. Disini tersedia juga area memancing yang cukup luas. Sebuah tempat yang asyik dan cocok buat keluarga yang ingin berekreasi diwaktu weekend tanpa perlu menginap.
PERAHU & BECAK MINI DI SAUNG SERPONG (*)
Ada 2 buah restorant yang terletak di tikungan deket ITC BSD jalan Pahlawan Seribu. Keduanya berada dalam 1 kompleks dimana yang satu namanya Saung Serpong, satu lagi bernama Garry’s kopitiam. Bulan puasa yang lalu kami mencoba makan kesini. Diantara kedua bangunan resto itu ada meja reseptionnya. Seorang waitres bertanya kepada kami hendak makan di resto yang mana, dan kami pun memilih makan di Saung Serpong.
Memasuki tempat ini terlihat ruangan resto cukup luas. Didekat pintu masuk terdapat rak display yang menjajakan aneka roti. Masih ada area makan yang lebih luas lagi yang terletak taman dibelakang. Meja meja disusun disepanjang area teras. Terdapat juga saung saung dipinggiran taman. Ditengah tengah taman ada sebuah panggung bulat beratapkan rumbia, yang berisi aneka peralatan musik dan soundsystem. Panggung tsb dikelilingi oleh kolam yang berisi aneka perahu mini yang bisa dikayuh dengan tangan. Sedangkan disekeliling kolam terdapat jalur track untuk becak mini. Dikiri kanan jalur track tsb dibatasi oleh pagar tanaman berbunga. Karena semua saung sudah dipenuhi pengunjung, kamipun duduk di area teras. Taman disamping teras terlihat indah dan asri dengan berbagai tanaman hias serta kandang burung. Bahkan terdapat sumur sebagai hiasan.
Buku menu yang disodorkan berisi aneka masakan Indonesia dan seafood. Menurut penjelasan waitres, menu khas disini adalah masakan ikan gabus pucung, yaitu masakan khas Betawi yaitu ikan gabus yang dimasak dengan kuah rawon, lalu disajikan didalam sebuah bambu. Nah unik dan serukan. Kami jadi penasaran dan berniat memesan. Tapi saya berpikir ulang setelah melihat bentuk ikannya yang mirip lele. Karena saya tidak suka lele, bagaimana kalau saya ngga doyan, mana buat buka puasa lagi. Akhirnya kami memutuskan untuk memesan menu lain yaitu gurame goreng terbang, jamur enoki crispy, tahu bom dan es Kristal. Karena disetiap meja juga terdapat menu dari resto Garry’s kopitiam yang memajang gambar dessert andalannya yaitu roti canay tissue yang bentuknya seperti kerucut, maka saya juga tertarik memesannya plus tambahan appertizer sop sui kiaw ayam udang.
Ternyata pesanan kami datang secepat kilat. Padahal kami datang kesini cukup awal yaitu sekitar pk 5 an. Masih banyak waktu tersisa sambil menunggu beduk Magrib. Kekhawatiran kami terbukti. Semua hidangan yang kami santap sudah berangsur angsur dingin. Ikan guramenya sih enak, bumbunya meresap serta ditaburi bumbu kremes. Pasti renyah kalau dinikmati bila masih panas. Untung jamur enoki yang bentuknya kaya toge itu masih agak renyah. Kalau tahu bom nya saya kurang doyan yaitu tahu isi yang digoreng tepung, bentuknya besar, tahunya putih dan tebal, jadinya rasanya kurang crispy. Es Kristal juga hampir seluruhnya mencair, yaitu potongan jelly merah dan buah nanas yang diberi es serut lalu diberi susu kental manis serta ditaburi jelly bulat warna warni menyerupai Kristal, tapi jadi kurang manis rasanya. Sop sui kiaw ayam udang alias sop pangsit juga lebih enak bika dinikmati kala panas. Yang terakhir adalah roti canay adalah roti yang bentuknya bulat dan lebar mirip crepes tapi super tipis yaitu setipis tissue, sehingga rasanya renyah dan garing, ketika roti baru jadi dan masih panas harus cepat cepat digulung hingga menyerupai kerucut, lalu dikucuri susu kental manis, bisa pilih rasa coklat atau original. Hmm ini baru enak, sobek rotinya lalu kres kres kres, rotinya asin tapi ditimpali rasa manis dari susunya.
Makan malam kami dihibur oleh lagu lagu yang dinyanyikan oleh band lokal serta hiruk pikuk anak anak bermain perahu dan becak. Selesai makan dan sholat Magrib di musholla yang cukup luas, kami meminta bill nya. Harga yang termahal adalah ikan gurame yaitu Rp 42.900, tahu Rp 25.000, Jamur dan roti canay @ Rp 22.500, sup pangsit Rp 18.000 serta es Kristal Rp 15.000. Makan di resto ini lumayan menghibur, terutama untuk keluarga yang membawa anak. Anak anak menjadi riang gembira serta semangat makannya.
MENAHAN RASA LAPAR di RESTO BUPE (*)
Lebaran tahun ini, kami mendapat hadiah libur seminggu dari kantor. Sayangnya kami tidak punya rencana bepergian keluar kota. Selain jalanan macet, berita mengenai kecelakaan lalulintas sangat santer ditayangkan dimana mana. Sebagai gantinya kami rajin berburu tempat kuliner baru sebagai bahan review dan referensi.
Contohnya hari sabtu ini saya membaca kolom “jalan jalan” di surat kabar Kompas yang membahas 2 buah resto yang bernuansa desa yaitu resto Talaga Sampireun yang berada dekat pintu keluar tol Bintaro Pondok Aren, serta resto Bukit Pelayangan di Jl. Cilenggang I no 53A BSD yaitu dekat pintu keluar tol Serpong, disamping perumahan the Green. Suami saya jadi penasaran, selama ini kami sering bolak balik kedaerah Serpong tapi belum pernah melihat ada bukit, apalagi resto diatas bukit. Nah untuk membuktikannya, langsung saja siang ini kami menuju resto Bukit Palayangan untuk makan siang.
Pertama kami telpon dulu ke resto Bukit Palayangan untuk mendapat ancar ancar lokasinya. Kemudian kami langsung masuk ke jalan tol JORR dan keluar dipintu arah BSD. Terlihat 8 buah menara emas mirip obor lambang perumahan the Green yang menjulang tinggi. Beberapa meter setelah melewati perumahan tsb ada sebuah jalan kecil, jangan ragu, langsung belok kiri dan tak lama kemudian terlihat nama BUPE resto.
Karena kami tiba disana sekitar pk 12.30, lahan parkir sudah padat terisi, tapi untunglah masih bisa parkir di area parkir dalam. Segera kami turun dan mencari tempat. Oh rupanya ini bukan bukit, melainkan dataran tinggi biasa, tapi resto ini terletak dipinggirannya yang menurun tajam seperti lembah, dan menghadap ke arah perumahan the Green. Jadinya ya seolah olah berada diatas bukit sih, karena tempat makan yang berbentuk saung saung ditengah taman ini ada yang terletak diatas dan ada yang dibawah.
Sayangnya semua meja sudah penuh terisi, kamipun menghampiri petugas ber HT minta dicarikan tempat. Setelah bekeliling cukup lama, katanya hanya tinggal 1 meja diluar. Kamipun diantar kesebuah meja……batu ??? Wah penghinaan, ini sih bukan meja makan, melainkan meja batu buat tempat pot bunga. Sudah begitu kamipun ditinggal pergi. Sebenarnya kami tadi melihat beberapa meja kosong, tapi kata petugasnya meja itu untuk rombongan bukan untuk berdua.
Setelah ditinggal, kami mencari meja lagi sampai ke area paling belakang. Nah ketemu nih, disebuah teras rumah, ada 2 buah meja, dimana meja yang 1 telah penuh berisi rombongan keluarga yang sedang memesan makanan, yang 1 lagi kosong dan masih berantakan ditinggal pengunjung sebelumnya. Kami segera duduk dan menunggu petugas yang membersihkan dan mencatat pesanan. Karena lama, akhirnya kami minta tolong petugas dari meja disamping kami. Lagi lagi kami ditinggal pergi dan menunggu lagi. Akhirnya tak sabar suami mencari meja lagi ketempat yang lebih ramai, karena area tempat duduk kami sungguh terpencil. Percaya tidak, mencari tempat saja sudah menghabiskan waktu sejam.
Akhirnya kami mendapat meja disebuah ruangan. Dari buku menu yang kami baca, disini tersedia masakan ikan gurame kipas, bakar, asam manis & saus buah, lalu steam ikan pelayangan, lalu ikan kakap, kuwe & baronang bakar. Lalu ada masakan ayam coca cola, ijo pelanyangan, kalasan & bakar jimbaran. Ada juga masakan udang, cumi, iga & buntut, serta aneka cah sayuran. Tapi ketika hendak memesan, ikan gurame habis, tahu tempe saja habis. “Jadi yang ada tinggal apa pak ?” Tanya kami. “Tinggal ayam saja pak, Bapak mau coba ayam ijo pelayangan ?” Tanya nya. Ya sudahlah, perut kami sudah keroncongan, pasrah dengan menu ayam ijo serta lalapan.
Sambil menunggu pesanan, saya sholat dulu. Selesai sholat pesanan belum datang. Akhirnya kami berjalan jalan mengamati daerah sekitar. Anak anak banyak berlarian dan asyik melihat ikan dikolam sekitar. Aku memperhatikan meja meja dalam ruangan kami pun pesanannya belum datang. Wah kacau, kapan giliran kami ? Es campur & jus jambu pesanan kami sudah habis, tapi makan siang belum juga datang. Sejam sudah berlalu, suami mulai complain dengan petugas ber HT tadi. “Apakah ini efek koran Kompas ?” Tanya suamiku. Rupanya ada koki yang sakit dan banyak petugas yang pulang kampung karena Lebaran. Aduh kenapa mesti dipaksakan buka sih, kan kasian pengunjung yang terlantar. Lagipula pengunjung yang kecewa akan kapok & tidak mau balik lagi serta menyiarkan bad recommendation kepada orang lain (Contohnya ya kaya saya ini).
Setengah jam kemudian datanglah pesanan kami. Ayam ijo adalah ayam goreng utuh yang disiram sambal goreng cabe ijo, seperti khas Padang. Rasanya enak walau tidak istimewa, tapi habis wong lapar. Selesai makan segera kami minta bill nya. Harga ayam Rp 60.750, es campur Rp 17.500 dan jus jambu Rp 14.500. Lamat lamat terdengar alunan azan sholat Ashar. Berarti hampir 3 jam kami berada disini. Rekor baru telah dibuat. Pelayanan dan makanan yang kami dapat sangat tidak seimbang dengan waktu yang dikorbankan. Sungguh kami tidak akan balik lagi.
|